Suami yang mukmin menginginkan isteri dan anaknya bertaqwa kepada Allah, maka suami terlebih dahulu menjadi orang yang paling bertaqwa

Pada kesempatan kali ini saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah sebaik-baiknya bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak yaitu salah satunya dengan kita tingkatkan bermunajat memohon kepada Allah doa agar senantiasa memberikan keturunan yang baik-baik sehingga isteri dan anak-anaknya itu benar-benar menyenangkan hati dan menyejukan perasaan karena keluarga yang terdiri dari orang yang saleh dan bertakwa kepada Allah seperti yang dicontohkan oleh Allah kepada hambanya melalui Nabi Muhammada SAW adalah seperti pada QS Al Furqan ayat 74 sebagai berikut

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا {74}
Dan orang-orang yang berkata: `Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS.Urqan 74)

Di antara orang-orang yang dicintai oleh Allah adalah orang yang memiliki sifat-sifat yang selalu bermunajat dan memohon kepada Tuhan agar Dia menganugerahkan kepada mereka keturunan yang baik-baik sehingga istri dan anak-anaknya itu benar-benar menyenangkan hati dan menyejukkan perasaan mereka karena keluarga mereka terdiri dari orang-orang yang saleh dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan demikian akan bertambah banyaklah di muka bumi ini hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Di samping itu mereka bermunajat kepada Tuhan agar keturunannya (anak cucunya) di samping menjadi orang-orang yang bertakwa mereka juga hendaknya menjadi penyeru manusia kepada takwa dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang yang bertakwa. Ini adalah cahaya iman yang telah memenuhi hati mereka dan meneranginya dengan petunjuk dan hidayah sehingga mereka ingin sekali supaya orang-orang yang bertakwa mendapat petunjuk.

Hadirin jamaah yang berbahagia rahimakumullah

Hendaknya dalam situasi apapun yang terjadi maka hendaknya doa seorang mukmin yang bertanggungjawab terhadap isteri dan anak-anaknya ini, sehingga seorang suami doanya akan memohon kepada Allah SWT supaya menjadikan isteri dan anak-anaknya sebagai orang-orang yang bertaqwa, sehingga suami tersebut akan berkata “Ya Allah, jadikanlah diriku, isteri dan anak-anakku sebagai orang yang bertaqwa “Serta jadikanlah kami sebagai Imam bagi orang-orang yang bertaqwa”, dan seorang suami akan lebih bertanggungjawab sehingga makna doa tersebut bagi seorang mukmin yang sejati adalah doa yang di dalamnya akan dibarengi dengan amal soleh dan menghindari perbuatan yang dilarang dan disertai dengan pengorbanan, kesusahan dan ikhtiar.

Sebelum seorang mukmin memohon agar Allah menjadikan isteri dan anaknya sebagai orang yang bertaqwa, maka seseorang suami memohon agar dirinya menjadi imam kepada golongan muttaqin, artinya jika seorang suami yang mukmin menginginkan isteri dan anaknya bertaqwa kepada Allah, maka seorang suami yang terlebih dahulu menjadi orang yang paling bertaqwa, sebagaimana imam yang memiliki kelebihan yang lebih daripada makmum.

Maksudnya, doa ini mengajarkan kepada kita supaya membentuk diri agar menjadi seorang yang bertaqwa, dan permohonan agar dari situlah nantinya Allah melapangkan dada isteri dan anak-anaknya untuk mencontoh jalan taqwa suaminya atau bapaknya Sesungguhnya di sinilah letaknya soal kepimpinan melalui teladan, mengajar melalui konsep Imam dan Makmun

Diantara aspek yang boleh ditonjolkan adalah melalui konsep Imam dan Makmum ini adalah rasa tanggungjawab yang ada pada diri seorang imam terhadap makmum yang mengikutinya. Imam mengambil 100% tanggungjawab memimpin jemaahnya agar dapat menunaikan solat dengan betul mengikuti kaifiyat serta berdisiplin di dalam perlakuannya. Imam perlu membetulkan saf makmum, membaca ayat-ayat al-Quran yang mendidik jemaahnya, serta menampung kekurangan makmum di dalam pembacaan al-Fatihah dan lain-lain.

Hadirin jamaah yang berbahagia rahimakumullah

Sesungguhnya doa ini amat besar maknanya. Ketika menadahkan tangan memohon hidayah dari Allah, mohonlah dengan sadar supaya Allah menjadikan kita terlebih dahulu sebagai insan paling bertaqwa, karena yang paling bertaqwa itulah hamba yang layak menjadi imam bagi makmum yang bertaqwa.
Salah satu elemen yang penting di dalam pembentukan sebuah institusi keluarga seperti imam dan makmum dan hubungannya hendaknya Imam keluarga mestilah senantiasa berhubungan dengan makmum. Misalnya seorang Imam ( suami atau ayah ) hendaknya melakukan suara pembacaannya yang cukup jelas untuk diamati serta perbuatannya yang dapat dilihat oleh makmum untuk diikuti. Tidak mungkin dan tidak harus bagi seorang imam untuk berada di tempat yang tidak dapat diikuti oleh makmumnya. Dia harus senantiasa mengekalkan hubungannya dengan makmum. Terus berhubung, karena melalui perhubungan itulah peranan imam akan membawa makmumnya melaksanakan tugas dengan baik dan sempurna, sehingga perlu direnungkan secara serius oleh setiap bapak dan seorang suami itu cenderung kepada introspeksi diri terhadap kesalahan isterinya sedangkan hak isteri untuk ‘dihubungi’ oleh suaminya tidak dipenuhi. Kita selalu harus bersama jangan sampai terpisah, kita harus selalu dekat jangan jauh, kita selalu harus membuka hati dan mulutnya, membina hubungan dengan isteri yang akan deberi bimbingan dan dihubungi. Budaya ‘man-to-man’, ‘heart-to-heart’ dan lain-lain adalah bentuk komunikasi yang amat penting, akan menjadi sepi sebuah keluarga apabila sikap suami atau ayah yang tidak berhubungan dengan anak-anak. Kita mengambil falsafah burung yang membesarkan anak-anaknya seperti membuat sarang di dahan yang tinggi untuk keselamatan, induk burung keluar pagi untuk mencari makanan dan kemudian pulang ke sarang dengan makanan untuk disuap ke mulut anak-anak burung yang menjerit-menjerit.

Namun perlu kita ketahui bahwa isteri atau anak-anak kita menjerit bukan semata-mata kerana perut yang lapar tapi perlu belaian kasih sayang, agar jiwa mereka tidak menjadi kosong tanpa belaian kasih sayang suami atau ayah. Mereka anak – anak atau isteri butuh sapaan mesra sebagai gambaran kedekatan dengan suami atau ayah mereka. Barangkali dalam hal ini kita mencontoh saja perilaku Rasulullah SAW yang membelai rambut anak cucunya, mencium mereka, berhenti berceramah untuk memeluk Hasan serta Husain, sujud lama kerana membiarkan Husain yang sedang diatas punggung Baginda Dari Anas RA, Rasulullah SAW juga diberitakan memberi salam kepada anak-anak dan Baginda juga bersenda gurau dengan anak-anaknya

Isteri dan anak adalah amanah yang mesti dipelihara dengan baik. Kekhilapan dan kekurangan mereka hendaklah dipantau. Hubungan yang kukuh di antara imam dan makmum, membolehkan proses membetulkan itu dilakukan dengan baik oleh imam. Begitu pula perihalnya dengan isteri dan anaknya dapat sebagai makmum mempunyai hak membetulkan. Muliakan kewajiban saling membetulkan atau koreksi dengan membina hubungan terlebih dahulu. Sebagaimana jemaah menolak untuk dipimpin oleh imam yang dibenci, begitu jugalah isteri dan anak akan menolak nasihat dari seorang lelaki ‘asing’ bernama suami dan ayah. Namun, di dalam melaksanakan kewajiban itu, imam juga bersedia untuk dibetulkan. Jika sedang menjalankan tugasnya sebagai imam di dalam solat, ada kekhilapan yang berlaku, makmum berhak bahkan dituntut untuk membetulkan imam.

Demikianlah keadaan bagi sebuah rumahtangga yang bertaqwa. Seorang suami atau ayah yang sedang melaksanakan tugasnya sebagai imam, pasti acap kali dapat melakukan kekhilapan maka isteri dan anak-anak hendaklah mengambil peranan membetulkan kekhilapan itu dengan cara-cara yang sopan dan mulia. Dalam kondisi seperti itu kepala keluarga tersebut hendaklah pula berlapang dada menerima teguran karena demi tujuan rumahtangga itu adalah karena kerdhaan Allah. Fokus rumah tangga itu adalah menyempurnakan apa yang Allah suruh dan apa yang Allah larang. Ketika sedang menuju Allah, kita bahu membahu menyusuri jalan yang panjang itu.

Hadirin jamaah yang berbahagia rahimakumullah

Seorang suami harus menjaga keluarga dengan mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan apa yang dilarang. Hal ini Allah telah memerintahkan melalui QS At Tahrim ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ {6}
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan ahli keluargamu daripada api neraka yang bahan bakarnya adalah dari manusia dan batu. Di atasnya ada malaikat yang amat keras dan mengerikan. Mereka tidak sekali-kali membantah apa sahaja yang Allah perintahkan, bahkan mereka terus melaksanakan apa yang diperintah (oleh Allah)” [At-Tahrim 66 : 6]

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar berkata: "Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?" Rasulullah SAW. menjawab: "Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu melakukannya. Begitulah caranya menghindari mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah.

Firman Allah ini ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah SWT dalam (Q.S Taha: 132).

Artinya:
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu mengerjakannya (Q.S Taahaa: 132).

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى {132}
Amanat berikutnya yang tidak kurang pentingnya dari yang sebelumnya ialah Nabi saw. menyuruh keluarganya mengerjakan salat sebagaimana telah diperintahkannya sendiri dan tentu saja perintah itu harus dibarengi pula dengan perintah yang kedua yaitu agar keluarganya jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan nikmat yang dimiliki oleh istri-istri orang-orang kafir itu. Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan kebenaran di muka bumi. Mereka haruslah lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan Khaliknya yaitu dengan tetap mengerjakan salat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah dan sabar. Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya. Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak dapat diombang-ambingkan oleh bunga kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan. Amanat-amanat inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya sehingga mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23 tahun saja Islam telah berkembang dengan jaya hampir seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimat Allah kalimat yang paling tinggi dan mulia.

Diriwayatkan pula oleh Malik dan Baihaqi dari Aslam, di antara adat kebiasaan Umar bin Khattab ialah dia selalu melakukan salat malam sekuat tenaganya sampai hampir waktu fajar tiba. Kemudian beliau membangunkan keluarganya dan memerintahkan supaya mereka melakukan salat, dengan membaca ayat ini.

Diriwayatkan pula oleh Malik dan Baihaqi dari Aslam, di antara adat kebiasaan Umar bin Khattab ialah dia selalu melakukan salat malam sekuat tenaganya sampai hampir waktu fajar tiba. Kemudian beliau membangunkan keluarganya dan memerintahkan supaya mereka melakukan salat, dengan membaca ayat ini.
Hadirin jamaah yang berbahagia rahimakumullah

Keinginan seorang suami agar anak cucu dan keturunan mereka menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah sekali-kali karena ingin kedudukan yang tinggi atau kekuasaan yang mutlak, tetapi mereka semata-mata karena keinginan yang tulus ikhlas agar penduduk dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa dan agar anak cucu mereka melanjutkan perjuangannya menegakkan keadilan dan kebenaran, karena dengan demikian mereka sendiri walaupun telah mati tetapi mereka tetap menerima pahala perjuangan anak cucu mereka sesuai dengan sabda Rasulullah saw:

Artinya:
"Apabila seorang anak Adam telah mati, maka putuslah segala pahala amalnya kecuali dari tiga macam: sedekah yang dapat dimanfaatkan orang, ilmu pengetahuan yang ditinggalkannya yang dapat diambil manfaatnya sesudah matinya, anak yang saleh yang selalu mendoakannya". (H.R. Muslim dari Abu Hurairah)

Demikianlah salah satu sifat yang dipunyai oleh hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang. Bila sifat-sifat itu telah dimiliki oleh seseorang maka berhaklah mereka mendapat julukan demikian itu, dan orang-orang yang mendapat julukan pasti akan disayang Allah dan di akhirat nanti akan mendapat karunia dan rahmat yang sangat mulia dan besar.

Semua orang berharap agar kehidupannya tidak susah dan sengsara. Termasuk kita sebagai orang yang beriman. Orang-orang yang beriman adalah orang yang percaya adanya hari akhir. Maka ia pun berharap agar kebahagiannya meliputi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bagi orang yang beriman, fase kehidupan akhirat itulah justru yang menjadi fase menegangkan. Di situlah kehidupan abadi digelar oleh Allah. Di sanalah manusia akan mendapat balasan bagi perbuatannya di dunia. Jika buruk amalnya maka ia akan mendapat balasan yang buruk dan sebaliknya jika baik maka ia akan mendapat balasan yang baik pula. Allah berfirman:

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ {6}
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ {7}
“Barangsiapa beramal kebaikan sebesar dzarroh (atom) maka ia akan melihat balasannya. Dan barang siapa beramal jahat sebesar dzarroh (atom) maka ia juga akan melihat balasannya.” (Al Zalzalah: 6-7)
Hadirin jamaah yang berbahagia rahimakumullah
Lalu bagaimanakah suami sebagai pimpinan keluarga mengetahui hal-hal yang baik yang menandakan bahwa isteri adalah isteri yang solehah, dan Rasulullah dalam hal ini telah bersabda bahwa : “ jika suami melihat kepadanya dia akan merasa gembira, jika suaminya menyuruh sesuatu dia akan taati dan jika suami tiada di rumah dia akan menjaga harta suaminya dan memelihara kehormatan dirinya”. (HR: Ibnu Majah)
Suami hendaknya memperhatikan bahwa isteri yang solehah itu selalu memerhatikan akan tanggungjawabnya sebagai isteri, ia hanya berbuat sesuai dengan ketentuan Allah. Di antara ciri-ciri isteri solehah itu ialah bertanggungjawab terhadap kerja-kerjanya. Pada dasarnya kewajipan isteri solehah itu ialah patuh dan taat kepada suami yang soleh dengan demikian seperti disebutkan pada firman Allah pada QS An Nisa 34
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا {34}
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri di balik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.(QS. 4:34)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin, pemelihara, pembela dan pemberi nafkah; bertanggung jawab penuh terhadap kaum wanita yang menjadi istri dan yang menjadi keluarganya. Oleh karena itu wajib bagi setiap istri menaati suaminya. Dan apabila suami tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya, maka istri berhak mengadukannya kepada hakim yang berwenang menyelesaikannya. Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim bahwa

Artinya:
Seorang perempuan mengadu kepada Rasulullah saw bahwa suaminya telah memukulnya. Rasulullah saw bersabda: "Ia akan dikenakan hukum kisas. (H.R. Hasan Al Basri dari Muqatil)

Diriwayatkan pula bahwa wanita itu kembali ke rumahnya dan suaminya tidak mendapat hukuman kisas sebagai balasan terhadap tindakannya, karena ayat ini membolehkan memukul istri yang tidak taat kepada suaminya. Yang dimaksud dengan istri yang saleh dalam ayat ini ialah istri yang disifatkan dalam sabda Rasulullah saw:

Artinya:
"Sebaik-baik perempuan ialah apabila engkau melihatnya menyenangkan hatimu, dan apabila engkau menyuruhnya ia mengikuti perintahmu, dan apabila engkau tidak berada di sampingnya ia memelihara hartamu dan menjaga dirinya" (H.R. Ibnu Jarir dan Baihaqy dari Abu Hurairah)

Inilah yang dinamakan istri yang saleh, sedang yang selalu membangkang dinamakan istri yang nusyuz (yang tidak taat). Selanjutnya Allah menerangkan bagaimana seharusnya suami berlaku terhadap istri yang tidak taat kepadanya (nusyuz), yaitu menasihatinya dengan baik Kalau nasihat itu tidak berhasil, maka suami berpisah dari tempat tidur istrinya, dan kalau tidak berubah juga, barulah memukulnya dengan pukulan yang enteng yang tidak mengenai muka dan tidak meninggalkan bekas.

Setelah itu Allah memperingatkan para suami, bila istri sudah kembali taat kepadanya, janganlah lagi Si suami mencari-cari jalan untuk menyusahkan istrinya, seperti membongkar-bongkar kesalahan-kesalahan yang sudah lalu, tetapi bukalah lembaran hidup baru yang mesra dan melupakan hal-hal yang sudah lalu. Bertindaklah dengan baik dan bijaksana, karena Allah Maha Mengetahui lagi Maha Besar.
Rumahtangga bahagia terletak pada isteri yang solehah. Ia taat kepada perintah Allah dan Rasul serta setia kepada suami yang soleh. (Surah An-Nisa:34)
Isteri yang solehah itu di samping patuh kepada perintah Allah dan Rasulullah saw, ia patuh terhadap suaminya dan menyimpan segala rahsia baik diluar rumah mahupun di dalam rumah. Ia selalu tersenyum dan menunjukkan muka manis terhadap suaminya. Tabiatnya yang baik itu menambah kasih sayang suaminya terhadapnya. Ia tidak pernah membantah kata-kata suaminya yag baik, semuanya dikerjakan dengan patuh kerana Allah.
Isteri yang baik apabila berkata dengan suaminya dengan suara yang lemah lembut dan penuh kesopanan . Begitu pula tidak boleh memerintah kepada suami, kecuali diucapkan dengan suatu yang baik sebagai suatu pertolongan. Walau bagaimanapun, ketaatan isteri terhadap suami tidak dalam semua perkara. Sekiranya perintah suami boleh membawa dosa, maka isteri dibenarkan membantah.
Rasululllah bersabda, Jika diizinkan seorang manusia sujud kepada manusia,tentu aku akan suruh wanita-wanita sujud kepada suaminya lantaran begitu besar Allah jadikan hak lelaki keatas wanita. Seorang isteri harus mengurus rumahtangganya dan seorang isteri Muslimah disuruh oleh Allah agar sentiasa berada di rumah dan tidak boleh pergi kemana-mana sesuka hati tanpa izin suami. Seorang Isteri hanya berhias untuk suami, menghias diri merupakan kegemaran wanita. Namun kadangkala wanita yang tidak faham akan kewajibannya, ia berhias diri ketika akan keluar rumah. Tetapi ketika di rumah ia dalam keadaan tidak bersih, kadangkala rambutnya pun tidak terurus. Padahal di dalam Islam menganjurkan supaya isteri berhias hanya untuk suami. Tujuan isteri berhias ketika di rumah ialah supaya suami terhibur. Jika suami pulang dari tempat kerja dalam keadaan letih dengan melihat isteri dalam keadaan berseri-seri serta pakaian yang bersih, maka ia menjadi penawar kepada suami. Sehingga keletihan dalam mencari rezeki tadi menjadi hilang, dan bertambahlah kasih sayangnya terhadap isteri.
Dari Jabir ra. Ia berkata: Kami pernah pergi bersama-sama Rasulullah di dalam satu peperangan. Ketika kami sampai ke Madinah, kami ingin masuk ke rumah masing-masing. Maka Rasulullah SAW pun bersabda: Bersabarlah, iaitu masuklah pada waktu malam iaitu selepas Isyak, supaya isteri dapat bersikat rambutnya yang kusut dan supaya ia dapat berhias kerana telah lama telah ditinggalkan suaminya. (HR: Muttafaqun Alaih Berhias bukan saja bagi menyambut kepulangan suami dari tempat kerja tetapi juga ketika suami ada di rumah. Wanita Islam hanya boleh berhias untuk dirinya sendiri dan untuk suaminya. Berhias mestilah dilakukan secara sederhana, kerana tujuan berhias agar ia kelihatan bersih dan senang dilihat oleh suami.
Pelayanan isteri terhadap suami dalam hal hubungan suami isteri merupakan penawar kebahagiaan rumahtangga. Ia dipandang sebagai puncak keharmonisan rumahtangga. Oleh sebab itu isteri hendaklah memberikan layanan yang baik kepada suami dan tidak boleh menolak kemauan suaminya. Seorang isteri akan dikutuk oleh malaikat apabila ia menolak kemahuan suaminya sehinggalah suaminya reda kepadanya. Mungkin dalam keadaan tertentu isteri boleh menolak kemahuan suaminya seperti dalam keadaan sakit, atau dalam keadaan yang dilarang oleh syara untuk melakukan persetubuhan seperti dalam keadaan haid dan sebagainya.
Berpakaian menurut ajaran Islam Isteri yang menutup auratnya merupakan isteri yang solehah, ramai wanita pada zaman sekarang ini yang berpakaian tetapi telanjang kerana ia menutup bahagian tertentu sahaja, sekiranya menutup semua bahagian badan sekalipun bentuk badannya tetap nampak jelas kelihatan.. ibarat 'membungkus'..bukan menutup.Allah SWT berfirman, ertinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah sebagai perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian daripada tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Surah Al-A'raaf: 26)
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ {26}
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.(QS. 7:26)
Pada ayat ini Allah swt. menyeru kepada anak cucu Adam dan memperingatkan nikmat yang begitu banyak yang telah dianugerahkan-Nya supaya mereka tidak melakukan maksiat, tetapi hendaklah mereka bertakwa kepada-Nya di mana mereka berada sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw.:

Artinya:
Bertakwalah kepada Allah swt. di mana saja engkau berada. (H.R At Turmuzi dari Mu'az bin Jabal)

Dialah yang menurunkan hujan dari langit, menyebabkan adanya kapas, rami, wool dan sebagainya yang kesemuanya itu dapat dijadikan bahan pakaian sesudah diolah untuk dipakai menutupi aurat kita, tubuh kita dan untuk menahan panas dan dingin dan dipakai dalam peperangan untuk menahan senjata (baju besi), dijadikan keindahan sebagai perhiasan, satu hal yang disukai oleh Allah swt. sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:

Artinya:
Sesungguhnya Allah itu sangat indah menyenangi keindahan. (H.R Muslim dan Turmuzi dari Ibnu Mas'ud)

Ini semuanya adalah merupakan pakaian dan keindahan lahiriah. Di samping itu ada lagi macam pakaian yang sifatnya abstrak (rohaniah) jauh lebih baik dari pakaian lahiriah tadi karena ia dapat menghimpun segala macam kebaikan, yaitu takwa kepada Allah swt. Sabda Nabi Muhammad saw.:

Artinya:
Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah karena sesungguhnya takwa itu menghimpun segala kebaikan. (H.R Abu Ya'la dari Abu Said)

Dengan takwa itu Allah swt. senantiasa memberikan kepada kita petunjuk untuk dapat mengatasi dan keluar dari kesulitan yang dihadapi, Dia akan memberikan kepada kita rezeki dari arah yang tidak terduga-duga sebelumnya dan selalu dimudahkan urusan kita sebagaimana firman Allah swt.:

Artinya:
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. (Q.S At Talaq: 2 dan 3) Firman Allah swt.:

Artinya:
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.S At Talaq; 4)

Segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah swt. seperti memberikan pakaian adalah tanda bagi kekuasaan Allah swt. dan membuktikan kebaikan-Nya kepada anak cucu Adam a.s. maka pada tempatnyalah kalau kita selalu mengingat Allah swt. mensyukuri nikmat-Nya, menjauhi ajakan setan dan tidak berlebih-lebihan dalam ucapan dan lain-lain sebagainya.
Allah memerintahkan supaya berpakaian sedemikian agar dapat membedakan antara wanita beriman dan tidak beriman, ia juga supaya terhindar dari golongan munafik. Firman Allah yang bermaksud: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri- isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan baju mereka ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, kerana itu tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Surah Al-Ahzab: 59)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا {59}
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: `Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka`. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 33:59)
Allah memerintahkan Nabi Nya supaya seluruh kaum muslimat terutama istri-istri Nabi sendiri dan putri-putrinya agar mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Jilbab itu ialah sejenis baju kurung yang lapang, yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal dengan pakaiannya, karena pakaiannya berbeda dengan jariyah-jariyah (budak-budak wanita), agar mereka tidak diganggu oleh orang-orang yang menyalahgunakan kesempatan. Seorang perempuan yang berpakaian rapi dan sopan akan lebih mudah terhindar dari gangguan orang-orang yang jahil, dan perempuan-perempuan yang membuka auratnya di muka umum mudah dituduh atau dinilai sebagai wanita yang kurang baik kepribadiannya. Dan bagi orang di masa lampau yang kurang hati-hati tentang menutupi auratnya, lalu mengadakan perbaikan, maka Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. Oleh karena perbuatan yang menyakiti itu sering kali dilakukan oleh orang-orang munafik; maka pada ayat berikut ini Allah mengancam mereka dengan ancaman yang keras sekali.

Isteri yang solehah adalah isteri yang mahu menjadi teman berunding bagi suami dan menjadi sahabat dalam menyelesaikan pelbagai masalah. Itulah hubungan suami isteri itu diertikan orang sebagai teman hidup.Jika suami menghadapi masalah untuk mencapai cita-citanya dan cita-cita keluarga maka motivasikanlah dan hiburkanlah hatinya. Isteri teladan disamping ia memberi dorongan dan bermotivasi kepada suami ia juga merupakan sumber ilham bagi suaminya. Ini membuatkan hati suami tenteram apabila bersama isteri dan segala masalah dihadapinya bersama-sama. Di antara ciri-ciri isteri solehah yang lain ialah, mentaati Allah SWT dan mengerjakan segala perintah suami selagi tdak melanggar perintah Allah., bersikap malu terhadap suami. berdiam diri ketika suami sedang berkata-kata, baru berbicara setelah ia selesai berbicara. berdiri tegak sebagai tanda hormat semasa ia datang dan pergi.sentiasa menyerahkan diri kepadanya apabila ia memerlukannya. memakai wangi-wangian di hadapan suami. menjaga mulut daripada bau-bauan yang tidak menyenangkan. tidak mengkhianati dan berlaku curang terhadap suami ketika ketiadaannya. sentiasa menghormati keluarga suami. bersyukur di atas apa yang disediakan oleh suami. tidak berpuasa sunat tanpa kebenaran suami. tidak keluar rumah kecuali dengan izin suami.

Hadirin jamaah yang berbahagia rahimakumullah
Kewajiban suami mendidik isteri adalah hendaklah suami mengajar isterinya ilmu-ilmu fardhu ain bagi yang mampu mengajar. Sekiranya tidak, wajiblah ia menyuruh isterinya mempelajari ilmu itu daripada guru yang mursyid. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: "Takutilah olehmu kepada Allah kerana semua perempuan adalah amanah Allah kepada kamu. Barangsiapa yang tidak menyuruh perempuanna mengerjakan solat dan tidak mengajar mereka ilmu fardhu maka khianatlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya."
Disamping itu hendaklah suami mendidik isterinya dengan lemah lembut, bermanis muka dan membuat kebajikan untuknya. Sabda Rasulullah SAW :" Seorang mukmin yang sempurna imannya ialah orang yang baik akhlaknya dan berlemah lembut dengan ahlinya (keluarganya).", dan suami terlebih dahulu menunjukkan sikap amanah, kasih sayang dan tulus ikhlas kepada isterinya. dan suami hendaklah menyempurnakan haknya dengan memberi makanan dan pakaian yang sempurna untuk isteri. Janganlah suami memberatkan isterinya diluar kemampuan, ajarilah isteri supaya hidup bersabar dengan kesusahan., dan didiklah isteri supaya berbuat baik dengan kedua orang tuanya dan mertuanya dan hubungi terus rasa kasih sayang sesama mereka. Dan isteri supaya tidak terlalu memikirkan soal dirinya sahaja (mementingan diri sendiri), tetapi dia hendaklah turut memikirkan dan membant masalah agama dan masyarakat.
Demikianlah kita selalu bermunajat memohon kepada Allah agar senantiasa memberikan keturunan yang baik-baik sehingga isteri dan anak-anaknya itu benar-benar menyenangkan hati dan menyejukan perasaan karena keluarga yang terdiri dari orang yang saleh dan bertakwa kepada Allah seperti yang dirfirmankan oleh Allah kepada hambanya melalui Nabi Muhammada SAW seperti pada QS Al Furqan ayat 74

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Yang Tidak Mengandung Unsur-unsur SARA, SPAM, SCAM dan Kekerasan. Terimakasih.