Ramadhan adalah training centre bagi orang yang ingin memiliki kemampuan mengendalikan diri (bertakwa).

Mereka yang berpuasa dengan baik selama bulan Ramadhan, bakal menemukan
fitrahnya kembali. Apakah fitrah kita? Adalah makhluk berakal yang berdimensi
individual, sosial, dan spiritual sekaligus.Hal ini tergambarkan dalam hari raya 'Idul Fitri' sebagai manifestasi 'kemenangan' kita menundukkan hawa nafsu. Harapannya, akal kita berhasil menundukkan hawa nafsu. Maka yang muncul adalah kejernihan hati. Bersih dari
berbagai macam penyakit lahiriah maupun batiniah. Semestinya, orang yang berhasil puasanya tampil mempesona sebagai manusia yang 'fitri' di hari yang Fitri.

Dan bukan hanya pada hari itu saja mereka bakal tampil mempesona, tetapi sepanjang tahun ke depan. Karena bulan Ramadhan adalah 'sekadar' pijakan untuk melangkah ke depan. la bukan tujuan, melainkan sebuah cara untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih mulia. Ramadhan adalah training centre bagi orang yang ingin memiliki kemampuan mengendalikan diri (bertakwa). Jika lulus, maka kita telah memiliki modal yang besar untuk 'bertempur' sepanjang tahun melawan hawa nafsu yang terus-menerus mengintai kita. Mesti kita ingat bahwa tujuan terakhir proses beragama kita bukanlah bertakwa, melainkan berserah diri (QS. Ali Imran :102).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ {102}
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(QS. 3:102

Dalam ayat ini Allah menyerukan kepada kaum muslimin terutama kaum `Aus dan Khazraj agar mereka tetap di Madinah. beriman, bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dengan memenuhi segala kewajiban takwa itu. Dan dengan demikian dikerahkan segala daya dan kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya, secara keseluruhan. dan jangan sekali-kali mati. melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam.

Bertakwa adalah tingkatan kedua setelah beriman. Bertakwa adalah kemampuan alias skill yang bisa menghantarkan kita kepada kondisi berserah diri kepada Allah. Skill itu telah kita dapatkan di dalam training centre, selama bulan Ramadhan.

Karena itu yang lebih penting, adalah waktu-waktu sepanjang tahun sesudah Ramadhan. Di situlah pertempuran yang sesungguhnya bakal terjadi. Bukan pada saat Ramadhan. Kenapa demikian? Sebab, selama Ramadhan itu sebenamya kita terlalu banyak memperoleh fasilitas dari Allah dan orang-orang di sekitar kita. Sehingga, pantas saja kalau kita berhasil mengalahkan hawa nafsu kita. Setidak tidaknya ada 3 macam bantuan yang kita terima selama Ramadhan, sehingga bisa menundukkan hawa nafsu.

Yang pertama adalah bantuan dari Allah, berupa tatacara puasa. Dengan cara berpuasa itu, Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk melawan hawa nafsu. Coba bandingkan dengan saat-saat tidak berpuasa, pasti lebih sulit untuk mengendalikan diri sendiri. Jadi, memang puasa kita itu adalah sebuah cara berlatih untuk mengendalikan diri sendiri. Lapar dan haus itu selalu megingatkan kita, bahwa kita sedang berpuasa. Apalagi, Allah juga mengajarkan kepada kita agar memperbanyak ibadah lainnya seperti shalat, baca Quran, dzikir, dan lain sebagainya. Maka, sungguh semua itu memberikan kekuatan yang besar kepada kita untuk selalu berusaha mengendalikan diri. Bisakah kita melakukan semua itu di luar bulan Ramadhan?

Fasilitas kedua kita dapatkan dari pemerintah. Biasanya, selama bulan Ramadhan,
pemerintah melarang berbagai kegiatan yang berbau maksiat. Bahkan sampai, rumah makan dan tempat-tempat hiburan pun dilarang buka secara menyolok. Tentu saja
ini memberikan suasana yang lebih 'kondusif' buat orang-orang yang berpuasa. Padahal semestinya tidaklah demikian. Kalau selama bulan Ramadhan kita 'diisolasi' seperti itu, berarti kita tidak sedang berlatih dalam suasana yang sesungguhnya. Terlalu banyak proteksi. Hasilnya akan menjadi kurang baik.

Fasilitas yang ketiga, dari media massa. Baik media cetak maupun media elektronik. selama bulan Ramadhan itu mereka menayangkan acara-acara yang berbau islami dan menghindari hal-hal yang seronok. Jadi kita bisa membayangkan betapa seluruh situasi dan kondisi telah 'dibuat sedemikian rupa' sehingga mengenakkan orang orang yang sedang berpuasa. Maka pantas saja kalau kita menang melawan hawa nafsu kita.

Tapi apakah kita bisa menang melawan hawa nafsu kita di luar bulan Ramadhan? Belum tentu. Kenapa? Karena situasi dan kondisi di atas tidak ada lagi. warung, restoran, tempat hiburan dan berbagai kegiatan maksiat telah 'hidup' kembali.Setan-setan yang tadinya dibelenggu kini berkeliaran lagi, bahkan jauh lebih liar. Maka, sungguh tidak mudah untuk mempertahankan ketakwaan kita di luar bulan suci Ramadhan. Padahal itulah 'arena' yang sesungguhnya. Karena itu kadang-kadang saya merasa ironis ketika mendengar ucapan bernada 'bangga' bahwa pada 1 syawal itu kita telah menang melawan setan dan hawa nafsu. Ya, banyak di antara kita mempersepsi hari raya Idul Fitri adalah sebagai 'Hari
Kemenangan' setelah sebulan penuh mengendalikan hawa nafsu. Benarkah kita telah
menang? Jangan-jangan kemenangan itu hanya semu belaka. Jangan jangan kita mengatakan menang di tanggal 1 syawal, namun sudah kalah di tanggal 3 syawal, karena telah melakukan kembali hal-hal yang dilarang agama. Kita mulai berbohong kembali.
Kita mulai mengumbar rasa iri dan dengki. Mulai menebar ketidak adilan kepada
sesama, serta menyakiti orang-orang di sekitar kita. Ah, betapa ironisnya kita.
Dan betapa 'lucunya'...! Maka, sungguh Idul Fitri bukanlah hari kemenangan. Tapi itulah saat-saat dimulainya kembali perjuangan tiada henti. Berjuang untuk meningkatkan kualitas kita, dari 'takwa' menjadi 'berserah diri' kepada Allah. Sebagaimana Allah
berfirman di QS. 3: 102, bahwa jangan sampai kita kedahuluan mati, sebelum bisa
berserah diri kepada Allah. sepenuh penuhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Yang Tidak Mengandung Unsur-unsur SARA, SPAM, SCAM dan Kekerasan. Terimakasih.